Selasa, 16 Juli 2013

TRAGEDI HANCURNYA KESULTANAN BULUNGAN

(Oleh: Sugeng Arianto, S.Pd.)
Dijelaskan dalam buku SEKILAS SEJARAH KESULTANAN BULUNGAN DARI MASA KE MASA yang ditulis oleh: H.S. Ali Amin Bilfaqih, S.Ip. bahwa peristiwa pembakaran dan penjarahan Kesultanan Bulungan terjadi pada tanggal 23-24 Juli 1964. Sejumlah kerabat dan keluarga Sultan ditangkap, terbunuh dan dinyatakan hilang tanpa status. mereka dituduh melakukan gerakan subversif BULTIKEN (Bulungan-Tidung-Kenyah).
Peristiwa ini terjadi setelah masa pemerintahan Sultan Maulana Muhammad Jalaluddin berakhir atau setelah beliau wafat (wafat pada tanggal 21 Desember 1958). Ketika beliau wafat status Bulungan masih merupakan Daerah Istimewa. Beliaulah kepala daerah istimewa Bulungan (DIB) yang pertama dan terakhir karena pada masa selanjutnya dengan Undang Undang Nomor 27 Tahun 1959, status DIB diubah menjadi Daerah Tingkat (Dati) II Bulungan dan ditetapkan Andi Tjatjo Gelar Datuk Wiharja (1960-1963) sebagai Bupati yang pertama. Pada masa selanjutnya Andi Tjatjo digantikan oleh: Damus Managing Frans (1963-1964). Setelah kurang lebih satu tahun beliau digantikan oleh: E.N. Zakaria Mas Tronojoyo (1964-1965). Kemudian secara berurutan hingga pejabat Bupati yang ke-11 (pada saat sekarang ini) adalah Drs. H. Budiman Arifin, M.Si. demikianlah catatan-catatan yang dihimpun dan ditulis oleh Bagian Humas Sekretariat Kabupaten Bulungan dalam Profil Kabupaten Bulungan (2008).
Komparasi data-data tersebut melahirkan analisa logis bahwa sistem pemerintahan kesultanan di wilayah Bulungan telah berakhir setelah Sultan Maulana Muhammad Jalaluddin wafat dan selanjutnya terjadilah sebuah tragedi yang mengenaskan dan tidak berperikemanusiaan itu pada masa transisi antara Damus Managing Frans dengan Mas Tronojoyo.
Kelanjutan dari peristiwa tragis itu seorang putra daerah (Iwan Samariansyah) dalam artikelnya yang ditulis pada sebuah blog ISANDRINESIA DIGEST (2007) memberikan informasi bahwa pada tanggal 1 Februari 2003 dalam acara Temu Kader Partai Golkar di lapangan Agathis Tanjung Selor yang dihadiri Akbar Tanjung, para aktivis dari Kabupaten Bulungan mengajukan gugatan yang dikenal dengan "Bulungan Menggugat". Mereka meminta agar Akbar Tanjung sebagai salah satu tokoh nasional mendukung rakyat di Kabupaten Bulungan menegakkan kebenaran dan keadilan di bumi Tenguyun dalam kaitannya dengan peristiwa sejarah yang pernah terjadi pada tahun 1964.
Dua pasal tuntutan mereka adalah:
(1) Agar pemerintah pusat menyampaikan permohonan maaf kepada ahli waris Kesultanan Bulungan atas terjadinya pembunuhan terhadap 50 orang keluarga Sultan Bulungan pada kejadian tahun 1964.
(2) Agar pemerintah pusat dapat memberikan ganti rugi yang layak atas hancur dan terbakarnya keraton kesultanan Bulungan serta dirampoknya harta benda kesultanan yang kini lenyap tak tersisa.
Terkait dengan hal tersebut sebenarnya Datoe Dissan Maulana dan Datoe Abdul Azis dalam wawancaranya dengan "Gatra.com" di situs gatracom (tertanggal 19 Desembar 2002) juga pernah menjelaskan bahwa runtuhnya kerajaan Bulungan, akibat ulah antek-antek PKI di bawah pimpinan Panglima Kodam Mulawarman, Brigjen TNI Soeharyo yang membakar dan menjarah isi istana. Bahkan, puluhan kerabat keraton dibunuh dengan tuduhan akan melakukan makar dan bergabung dengan Malaysia. Peristiwa subversif itu dikenal dengan "Bultiken" (Bulungan-Tidung-Kenyah). Puluhan kerabat keraton, serta ratusan rakyat yang tidak berdosa dibantai oleh serdadu tanpa proses pengadilan, dan mayatnya dibuang ke laut Tarakan. Bukti bahwa tuduhan makar itu tidak terbukti adalah adanya surat pernyataan minta maaf dari pasukan Soeharyo, serta pengembalian harta benda yang dijarah pada era Orde Baru, namun sebagian benda-benda berharga itu hilang.
Masih dari situs gatracom dijelaskan bahwa Dt. Dissan Maulana adalah putra ke-10 dari almarhum Sultan Maula Muhammad Jalaluddin. Sedangkah Datoe Abdul Azis adalah cucu dari almarhum Dt. Mansyur. Paling tidak, keterangan yang disampaikan oleh mereka memiliki tingkat validasi (keabsahan) yang tinggi. Begitulah sejarah yang mendorong kita untuk berpikir kritis dan apa yang kita lakukan saat sekarang ini adalah sajarah di masa datang. Apakah kita telah berlaku bijak dan bertindak adil? Maka hal tersebut dapat diukur dengan keadaan/kondisi saat ini apakah hari ini telah lebih baik dari pada masa lampau? Marilah kita persiapkan bekal untk generasi penerus demi kemajuan daerah di masa datang.

Referensi:
<1> H.S. Ali Amin Bilfaqih, S.Ip. 2006. SEKILAS SEJARAH KESULTANAN BULUNGAN DARI MASA KE MASA. Tarakan: CV. Eka Jaya Mandiri.
<2> http://isandri.blogspot.com/2007/08/menggugat-peristiwa-kelam-1964.html. (diakses tanggal 20 Mei 2009)
<3> http://gatra.com/2002/2002-12-19/artikel.php?id=23352 (diakses tanggal 20 Mei 2009)
<4> Profil Kabupaten Bulungan. 2008. Bagian Humas Sekretariat Kabupaten Bulungan.
<5> http://sugeng-arianto.blogspot.com

Selasa, 30 April 2013

Buta Cakil Mewabah di Aneka Panggung


BEGITU banyak karakter dalam dunia wayang yang bisa melukiskan tabiat, watak, dan perilaku anak bangsa ini, apalagi untuk para elitenya. Di antara yang paling banyak mereka mainkan adalah perilaku Cakil. Bagi pandemen wayang, pasti sudah familier dengan sosok Cakil alias Gendir Penjalin itu. Ia kategori yaksa (buta) tapi bertubuh ramping dengan ciri khas, bergigi dan bertaring runcing bergidik. Tokoh ini kreasi pujangga pada zaman Sultan Agung dan tidak dapat ditemui dalam cerita asli Mahabarata.
Cakil sering dipakelirkan sebagai prajurit negeri tanah seberang berpangkat tumenggung.
Ia bermental pemberani, tapi minus perhitungan. Uniknya, tokoh ini hampir selalu muncul dalam lakon apa pun dan perannya sebagai penggoda, pengganggu, dan pengacau. Gaya dan tingkah lakunya provokatif, istilah bahasa Jawa-nya kaya yakyak-a.
Biasanya, Cakil diceritakan sebagai penjaga suatu wilayah berhutan. Ia selalu mencegat dan berkelahi dengan satria yang kebetulan sedang melewati daerah kekuasaannya. Dalam seni pedalangan, pertarungan Cakil dengan satria itu disebut perang kembang.
Dari olah bela diri, keperigelan Cakil memang tidak ada tandingannya.
Tangan dan kakinya sigap melepaskan jurus-jurus pukulan dan tendangan.
Ia juga lihai jungkir-balik, mahir bersalto, serta menggelundung. Dan setiap gerakan, diiringi dengan jeritan dan teriakan. Di tangan dalang wayang kulit yang terampil, Cakil bisa bermetamorfosis layaknya makhluk hidup. Polah tingkahnya menarik dan indah. Gerakannya lentur, trengginas, energik, dan ekspresif.
Namun, di balik semua itu, Cakil sangat rapuh. Bahkan, setiap kemunculannya pasti berakhir dengan kematian, dan itu pun akibat tertusuk senjata (keris)nya sendiri.
Sombong Lantas, apa yang bisa digarisbawahi pada tokoh Cakil? Ditilik dari nilai filosofisnya, Cakil sebenarnya melambangkan sebagian nafsu buruk yang bersemayam pada diri setiap insan. Maka, si ia selalu digambarkan bertarung melawan kebaikan, yang dalam pakeliran disimbolkan dengan satria yang sedang lelana brata (menyepi dalam keprihatinan).
Kemudian, kalau dimaknai secara harfiah, Cakil adalah sosok yang gemblung kumalungkung (sombong), bergajul, merasa pinter, dan waton sulaya (asal beda). Cakil juga bukan tokoh penting.
Selain itu, yang paling pokok Cakil sejatinya tidak memiliki kemampuan apaapa, hanya pandai ngomong.
Semua yang tampak `wah' pada dirinya itu sekadar gaya atau pencitraan. Bahkan ketika ia mati pun, tidak ada pihak yang merasa kehilangan.
Ini persis seperti ungkapan budaya Jawa, aji godhong garing (lebih berharga daun kering/ sampah), maksudnya tidak berharga sama sekali.
Nah, kalau kita memotret kondisi masyarakat saat ini, model yang seperti Cakil itu sesungguhnya ada di mana-mana. Kita amat mudah menemukan `cakil-cakil' di berbagai panggung. Celakanya, tidak sedikit dari kita justru terkagum-kagum, terbuai, bahkan terjebak untuk mengelu-elukan `cakilcakil' itu.
Berbeda dengan satria, simbol kebaikan dan budi luhur--biasanya diperankan tokoh Arjuna atau Abimanyu. Ia divisualkan sebagai sosok yang tenang, santun, dan tidak banyak cakap, tetapi ada keseriusan luar biasa dan fokus dalam bertindak.
Dengan kata lain, satria itu tidak suka gaduh atau heboh.
Tidak perlu gembar-gembor, tetapi bekerja keras dan mencapai hasil. Lebih dari itu, gayanya pun indah serta menawan. Sesungguhnya, watak satria seperti itulah yang kini kian mengering pada banyak diri kita.
(Ono Sarwono/H-1)

PHOTO BUNGA DI SEKOLAH






Pengumuman UN SMP 2013

Pengumuman UN SMP 2013

Posted by Berita Terhangat 0 komentar
Pengumuman UN SMP 2013 - Berkaitan dengan informasi yang sudah dipublikasikan sebelumnya, yaitu tentang pengumuman UN SMA 2013, maka pada tulisan kali ini blog Berita Terhangat akan memberikan update informasi terbaru seputar pengumuman kelulusan Ujian Nasional, yaitu untuk tingkat SMP. Adapun informasi pengumuman UN SMP 2013 tidak berbeda jadwal seperti halnya pengumuman hasil Ujian Nasional SMA, sehingga pelaksanaan pengumuman kelulusan untuk tingkat SMP di tahun 2013 ini akan dilaksanakan pada 1 Juni 2012.

Salah satu pendorong yang membuat tidak ada perubahan tanggal pengumuman UN SMP adalah berkaitan juga dengan kelacaran distribusi naskah soal ujian nasional untuk tingkat SMP/MTs yang sudah dilaksanakan secara serentak pada 22 April 2013 s.d. 25 April 2013 yang lalu.
hasil pengumuman kelulusan un smp 2013
Karena kelancaran penyelenggaraan ujian nasional tingkat SMP/MTs ini maka polemik pengunduran pengumuman UN tidak ada. Dengan demikian Jadwal Ujian Nasional SMP/MTs 2013 tidak mengalami perubahan yakni tetap pada jadwal resmi 1 Juni 2013.

Setelah Pengumuman kelulusan SMP/MTs dilaksanakan pada 1 Juni 2013, maka selanjutnya pada tanggal 1 hingga 14 Juni 2013 akan dilakukan Pengisian dan distribusi SKHUN SMP/MTs dan SMPLB oleh Dinas Pendidikan Provinsi.

Demikianlah informasi seputar pengumuman UN SMP 2013. Semoga informasi yang dipublikasikan kali ini kiranya bermanfaat bagi Anda yang sedang menantikan hasil kelulusan UN SMP 2013.
 
Sumber : http://www.beritaterhangat.net/2013/04/pengumuman-un-smp-2013.html

Senin, 11 Maret 2013

CALON KADES GUNUNG PUTIH 2013-2019

GAMBAR CALON KEPALA DESA :
1. SUNARSO          SLOGANNYA (BUKAN BASA-BASI UNTUK MEMBANGUN DESA)
2. PANJITO             SLOGANNYA (LANJUTKAN PEMBANGUNAN DESA GUNUNG PUTIH)
3. TAMRIN              SLOGANNYA (OJO LALI...  BALI NDESO, MBANGUN DESO)
4. SUTRISNO, ST   SLOGANNYA (WES WAYAHE.... MBANGUN DESO)

SINGKATNYA......
BUKAN BASA BASI LANJUTKAN, OJO LALI WES WAYAHE MBANGUN DESO GUNUNG PUTIH.......... 2013.

Selasa, 12 Februari 2013



Format 1: Evaluasi Diri Guru
Nama Sekolah:
Nomor Statistik Sekolah:
Alamat:
Kecamatan:
Kabupaten/Kota:
Nama Guru:
Tahun Ajaran:
Tanggal:

A. Dimensi Tugas Utama/Indikator Kinerja Guru

Evaluasi diri terhadap kompetensi terkait (Kekuatan dan kelemahan yang dimiliki guru terhadap kompetensi terkait) dalam pelaksanaan tugas utama dan jika ada evidence (bukti) terhadap kekuatan dan kelemahan tersebut
I. Perencanaan Pembelajaran
1. Kemampuan memformulasikan tujuan pembelajaran dalam RPP sesuai dengan kurikulum/silabus dan memperhatikan karakteristik peserta didik

2. Kemampuan menyusun bahan ajar secara runut, logis, kontekstual dan mutakhi

3. Kemampuna merencanakan kegiatan pembelajaran yang efektif

4. Pemiilihan sumber belajar/ media pembelajaran sesuai dengan materi dan strategi pembelajaran

II. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Yang Aktif Dan Efektif

Kagiatan Pendahuluan

1. Keterampilan memulai pembelajaran dengan efektif

Kegiatan Inti

1. Penguasaan materi pelajaran

2. Kemampuan menerapkan pendekatan/strategi pembelajaran yang efektif

3. Pemanfaatan sumber belajar/media dalam pembelajaran

4. Kemampuan memotivasi dan/atau memelihara keterlibatan siswa dalam pembelajaran

5. Kemampuan bahasa yang benar dan tepat dalam pembelajaran

Kegiatan Penutup

1. Keterampilan mengakhiri pembelajaran dengan efektif

III. Penilaian Pembelajaran

1. Perancangan alat evaluasi untuk mengukur kemajuan dan keberhasilan belajar peserta didik

2. Penerapan berbagai strategi dan metode penilaian untuk memantau kemajuan dan hasil belajar peserta didik dalam mencapai kompetensi tertentu sebagaimana yang tertulis dalam RPP

3. Pemanfaatan berbagai hasil penilaian untuk memberikan umpan balik bagi peserta didik tentang kemajuan belajarnya dan bahan penyusunan rancangan pembelajaran selanjutnya

B. Berbagai hal terkait dengan pemenuhan dan peningkatan kompetensi inti tersebut

1. Usaha-usaha yang telah dilakukan untuk memenuhi dan mengembangkan kompetensi (tugas utama grur) tersebut.

2. Kendala yang dihadapi dalam memenuhi dan mengembangkan kompetensi inti tersebut.

3. Keberhasilan yang dicapai setelah mengikuti pengembangan keprofesian berkelanjutan untuk memenuhi dan mengembangkan kompetensi (tugas utama guru) tersebut

4. Pengembangan keprofesian berkelanjutan yang masih dibutuhkan dalam memenuhi dan mengembangkan kompetensi (tugas utama guru) tersebut.

C. Kompetensi menghasilkan Publikasi Ilmiah

1. Usaha-usaha yang telah dilakukan untuk memenuhi dan mengembangkan kompetensi untuk menghasilkan publikasi ilmiah

2. Kendala yang dihadapi dalam memenuhi dan mengembangkan kompetensi untuk menghasilkan publikasi ilmiah

3. Keberhasilan yang dicapai setelah mengikuti pengembangan keprofesian berkelanjutan untuk memenuhi dan mengembangkan kompetensi untuk untuk menghasilkan publikasi ilmiah

4. Usaha-usaha yang telah dilakukan untuk memenuhi dan mengembangkan kompetensi untuk menghasilkan publikasi ilmiah

D. Kompetensi menghasilkan Karya Inovatif

1. Usaha-usaha yang telah dilakukan untuk memenuhi dan mengembangkan kompetensi untuk menghasilkan karya inovatif

2. Kendala yang dihadapi dalam memenuhi dan mengembangkan kompetensi untuk menghasilkan karya inovatif

3. Keberhasilan yang dicapai setelah mengikuti pengembangan keprofesian berkelanjutan untuk memenuhi dan mengembangkan kompetensi untuk untuk menghasilkan karya inovatif

4. Usaha-usaha yang telah dilakukan untuk memenuhi dan mengembangkan kompetensi untuk menghasilkan karya inovatif

E. Kompetensi untuk penunjang pelaksanaan pembelajaran berkualitas (TIK, Bahasa Asing, dsb)

1. Usaha-usaha yang telah dilakukan untuk memenuhi dan mengembangkan kompetensi penunjang pelaksanaan pembelajaran yang berkualitas.

2. Kendala yang dihadapi dalam memenuhi dan mengembangkan kompetensi penunjang pelaksanaan pembelajaran yang berkualitas.

3. Keberhasilan yang dicapai setelah mengikuti pengembangan keprofesian berkelanjutan untuk memenuhi dan mengembangkan kompetensi penunjang pelaksanaan pembelajaran yang berkualitas

4. Pengembangan keprofesian berkelanjutan yang masih dibutuhkan dalam memenuhi dan mengembangkan kompetensi penunjang pelaksanaan pembelajaran yang berkualitas

F. Kompetensi untuk melaksanakan tugas tambahan (misalnya Kepala Sekolah, Kepala Perpustakaan, dsb)

1. Usaha-usaha yang telah dilakukan untuk memenuhi dan mengembangkan kompetensi untuk melaksanakan tugas tambahan tersebut

2. Kendala yang dihadapi dalam memenuhi dan mengembangkan kompetensi untuk melaksanakan tugas tambahan tersebut

3. Keberhasilan yang dicapai setelah mengikuti pengembangan keprofesian berkelanjutan untuk memenuhi dan mengembangkan kompetensi untuk melaksanakan tugas tambahan tersebut

4. Pengembangan keprofesian berkelanjutan yang masih dibutuhkan dalam memenuhi dan mengembangkan kompetensi untuk melaksanakan tugas tambahan tersebut

Tanda tangan Guru:





Tanda tangan Kepala Sekolah








Format 2:     Rencana Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Individu Guru (diisi oleh Koordinator Guru)

Nama Sekolah:
Nomor Statistik Sekolah:
Alamat:
Kecamatan:
Kabupaten/Kota:
Nama Guru:
Tahun Ajaran:
Tanggal:

A. Kompetensi

Rencana Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan yang akan dilakukan Guru untuk peningkatan kompetensi terkait
Strategi Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (diisi dengan memberi tanda √)
1
2
3
4
5
6
a
b
I. PERENCANAAN PEMBELAJARAN
1.             Kemampuan memformulasikan tujuan pembelajaran dalam RPP sesuai dengan kurikulum/silabus dan memperhatikan karakteristik peserta didik








2.             Kemampuan menyusun bahan ajar secara runut, logis, kontekstual dan mutakhi








3.             Kemampuan merencanakan kegiatan pembelajaran yang efektif








4.          Pemiilihan sumber belajar/ media pembelajaran sesuai dengan materi dan strategi pembelajaran








II. KEGIATAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN YANG AKTIF DAN EFEKTIF
Kagiatan Pendahuluan








1. Ketrampilan memulai pembelajaran dengan efektif








Kegiatan Inti








1. Penguasaan materi pelajaran








2. Kemampuan menerapkan pendekatan/strategi pembelajaran yang efektif








3. Pemanfaatan sumber belajar/media dalam pembelajaran








4. Kemampuan memicu dan/atau memelihara keterlibatan siswa dalam pembelajaran








5. Kemampuan bahasa yang benar dan tepat dalam pembelajaran








Kegiatan Penutup








1. Ketrampilan mengakhiri pembelajaran dengan efektif








2. Komunikasi dengan sesama guru, tenaga kependidikan, orang tua, peserta didik, dan masyarakat








III. PENILAIAN PEMBELAJARAN
1. Perancangan alat evaluasi untuk mengukur kemajuan dan keberhasilan belajar peserta didik








2. Penerapan berbagai strategi dan metode penilaian untuk memantau kemajuan dan hasil belajar peserta didik dalam mencapai kompetensi tertentu sebagaimana yang tertulis dalam RPP








3. Pemanfaatan berbagai hasil penilaian untuk memberikan umpan balik bagi peserta didik tentang kemajuan belajarnya dan bahan penyusunan rancangan pembelajaran selanjutnya









B. Kompetensi menghasilkan Publikasi Ilmiah








C. Kompetensi menghasilkan Karya Inovatif








D. Kompetensi untuk penunjang pelaksanaan pembelajaran berkualitas (TIK, Bahasa Asing, dsb)








E. Kompetensi untuk melaksanakan tugas tambahan (misalnya Kepala Sekolah, Kepala Perpustakaan, dsb)









Tanda tangan Guru:

Tanda tangan Kepala Sekolah:

Catatan:
1.         Rencana pengembangan keprofesian berkelanjutan yang dilakukan oleh guru sendiri
2.         Rencana pengembangan keprofesian berkelanjutan yang dilakukan bersama guru lain
3.         Rencana pengembangan keprofesian berkelanjutan yang dilaksanakan di sekolah
4.         Rencana pengembangan keprofesian berkelanjutan yang dilaksanakan di KKG/MGMPMGBK
5.         Rencana pengembangan keprofesian berkelanjutan yang dilaksanakan oleh institusi selain sekolah atau KKG/MGMP/MGBK
6.         Kebutuhan pengembangan keprofesian berkelanjutan yang belum dapat dipenuhi (diajukan/di-koordinasikan oleh Dinas Pddk untuk dipertimbangkan.